Tugas HR: Beda Perusahaan, Beda Tanggung Jawab
Vitalia—sebut saja begitu namanya—seorang gadis muda yang baru saja meniti karier. Cantik, bersemangat, namun pagi itu wajahnya tampak murung. Baru sepekan ia menjabat posisi HR di sebuah perusahaan Jakarta, tetapi semangatnya seolah luntur.
Sambil membolak-balik tumpukan kertas di mejanya—rekap absensi, data cuti, dan laporan biaya pengobatan karyawan—keluhan pun terlontar kepada sang mama:
“Aku nyesel, Ma. Kuliah capek-capek, tapi kerjaan HR ternyata begini saja: rekap absen, data cuti, biaya berobat. Membosankan. Sama sekali nggak sesuai dengan bayanganku.”
Sang mama hanya tersenyum sambil menepuk lembut bahu putrinya.
“Sabar, Vitalia. Kamu baru seminggu bekerja. Ingat, dulu kamu begitu antusias ingin jadi HR profesional. Jangan biarkan minggu pertama meruntuhkan cita-citamu. Semua profesi punya fase belajarnya.”
Vitalia terdiam. Bayangan semula bahwa HR adalah jabatan yang penuh wibawa, dekat dengan direksi, dan disegani semua orang ternyata berhadapan dengan realitas: pekerjaan administratif yang tampak sederhana.
Fenomena Vitalia: Harapan vs Realita
Kisah Vitalia tentu bukan satu-satunya. Banyak “Vitalia” lain di luar sana—dengan nama berbeda—yang awalnya membayangkan pekerjaan HR penuh gengsi, tetapi kemudian kecewa ketika harus berkutat dengan tugas-tugas administratif.
Mengapa bisa begitu? Karena setiap perusahaan memiliki karakteristik dan kebutuhan HR yang berbeda-beda. Tugas seorang HR di satu perusahaan tidak akan identik dengan HR di perusahaan lain.
Untuk memahami hal ini, kita perlu menilik kembali tujuan utama keberadaan HR di sebuah organisasi.
Empat Objective HR dalam Perusahaan
Keberadaan HR tidak lahir sekadar untuk mengurus absensi atau payroll. Ada empat objective besar yang menjadi landasan:
-
Organizational Objective
HR hadir untuk mendukung terwujudnya visi, misi, dan strategi perusahaan. HR bukan hanya fungsi pendukung, tetapi strategic partner yang memastikan SDM bergerak sejalan dengan tujuan bisnis. -
Personal Objective
HR juga membantu karyawan mencapai tujuan pribadinya: bekerja dengan nyaman, aman, penuh motivasi, dan memiliki kesempatan berkembang. -
Functional Objective
Di sinilah tugas HR terlihat nyata: membangun sistem HR yang sehat—mulai dari rekrutmen, training & development, performance management, hingga kompensasi & benefit. Termasuk juga administrasi HR, seperti yang dialami Vitalia. -
Societal Objective
HR berperan menjembatani perusahaan dengan masyarakat, salah satunya melalui program CSR (Corporate Social Responsibility), memastikan bisnis memberi dampak positif bagi lingkungan sosial.
Mengapa Tugas HR Berbeda-Beda?
Tidak semua perusahaan memberi porsi sama pada keempat objective tersebut. Fokus HR sangat tergantung pada fase evolusi HR di perusahaan:
-
HR sebagai Personalia
Fokus pada urusan administratif: absensi, payroll, pencatatan dokumen. -
HR sebagai HR Development
Mulai mengelola pelatihan, pengembangan kompetensi, performance appraisal, dan career path. -
HR sebagai Human Capital
Melihat SDM sebagai strategic capital yang menciptakan nilai tambah (added value) bagi perusahaan.
Perusahaan yang masih di fase personalia akan menugaskan HR seperti Vitalia dengan pekerjaan administratif. Namun, perusahaan yang sudah lebih matang akan mendorong HR menjadi mitra strategis dalam bisnis.
Refleksi untuk Praktisi HR
Kisah Vitalia memberi kita pelajaran penting: tugas HR tidak bisa disamaratakan. Apa yang terlihat “membosankan” hari ini bisa menjadi fondasi penting bagi peran strategis di masa depan.
Rekap absensi dan cuti mungkin tampak sederhana, tetapi bayangkan jika data itu tidak rapi—bagaimana perusahaan bisa mengambil keputusan berbasis data (data-driven HR)? Dari hal kecil, lahirlah sistem besar.
Maka, bagi para “Vitalia” lain di luar sana: jangan buru-buru kecewa. Setiap HR profesional berawal dari tahap dasar. Nikmati prosesnya, pahami tujuannya, dan kembangkan diri hingga suatu hari nanti Anda bukan sekadar mengelola administrasi, tetapi ikut menentukan arah bisnis perusahaan.
Penutup
HR bukanlah pekerjaan seragam. Beda perusahaan, beda fase, beda pula tugasnya.
Namun intinya sama: HR selalu berperan penting dalam memastikan manusia—sebagai aset strategis—benar-benar menjadi kekuatan utama perusahaan.
Maka, pertanyaan reflektif untuk kita semua:
👉 Perusahaan Anda saat ini berada di fase HR yang mana?
👉 Dan Anda sendiri, siapkah berkembang dari sekadar personalia menuju human capital strategist?
Salam HR Profesional,
Bahari Antono
2 Comments